Komunikasi Sebagai Transaksi

Komunikasi sebagai transaksi





Ketika kita mendengarkan seseorang berbicara sebenarnya pada saat itu pula kita mengirimkan pesan secara nonverbal (ekspresi wajah, isyarat tangan, nada suara dan sebaganya) kepada pembicara tadi.  Dua orang atau beberapa orang yang berkomunikasi saling bertanya, berkomentar, mengangguk, tersenyum, tertawa dan sebagainya, sehingga proses penyandian (encoding) dan penyandian-balik (decoding) bersifat spontan dan simultan diantara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Semakin banyak orang yang berkomunikasi maka semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi karena terdapat lebih banyak peran, hubungan yang lebih rumit dan lebih banyak pesan verbal dan nonverbal.

Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna dan pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Pada derajat tertentu para pelakunya sadar akan kehadiran orang lain didekatnya dan sadar bahwa komunikasi sedang berlangsung, meskipun pelaku tidak dapat mengontrol sepenuhnya bagaimana orang lain menafsirkan perilaku verbal dan nonverbalnya. Lebih dari itu kita tahu bahwa mitra komunikasi kita tahu. Kita tahu bahwa mereka tahu bahwa kita tahu, dan seterusnya. Hehehe bingung yah berhenti dan pahami dulu sampai disini, jangan terlalu memaksakan diri karena tingkat pemahaman seseorang itu berbeda-beda.

Oke kalau sudah paham kita pergi ke selanjutnya. Konseptualisasi yang ketiga ini bersifat intersubjektif yang dalam bahasa Rosengren disebut komunikasi penuh manusia. Penafsiran kita terhadap perilaku verbal dan nonverbal orang lain yang kita kemukakan kepadanya juga akan mengubah penafsiran orang lain terhadap pesan-pesan kita. Dan pada gilirannya akan mengubah penafsiran kita atas pesan-pesannya, begitu seterusnya. Melihat hal tersebut, tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis. Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi, dimana untuk komunikasi tatap-muka yang memungkinkan pesan atau respon verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung.

Kelebihan dari konseptualisasi ini adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Artinya, disengaja atau tidak, dan bahkan menghasilkan respon yang yang tidak dapat diamati komunikasi tetap akan terjadi. Gaya pakaian dan rambut, nada suara dan kata-kata, berdiam diri, mengabaikan orang lain, bahkan meninggalkan ruangan semua itu mengkomunikasikan sikap, kebutuhan, perasaan dan penilaian kita.

Komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik verbal maupun nonverbalnya. Pemahaman ini mirip dengan "definisi berorientasi-penerima" (receiver-oriented definition) yang dikemukakan oleh Burgoon, yang menekankan variabel-variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi penerima, hanya saja penerimaan pesan tersebut dalam dua-arah bukan satu-arah. Misalnya ketika guru matematika memberikan materi didepan murid-muridnya, komunikasi bukan saja tentang murid yang menafsirkan apa yang diberikan oleh guru, tetapi juga guru menafsirkan perilaku anak didiknya, misalnya yang menggaruk-garuk kepala, menggigit kuku jarinya, mengerutkan kening, atau hanya sekedar tersenyum. Dan itu berlangsung stimulan dan spontan.
Dari pandangan tersebut, komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel